Pagi Ini, Jakarta Kurang Hijau

Berbulan-bulan di ibu kota, pemandangan ini sudah jadi santapan sehari-hari. Pengemudi berbaju hijau berderet di perempatan. Jumlahnya, bisa 10-15 armada. 

gojek

Sumber : Tempo

Sampai hari ini…

Dari jarak sekitar 12 km, total saya melihat kurang dari 15 pengendara ojek mengenakan atribut  mereka. Sisanya?

“Tu, Mbak. Yang penumpangnya baju ungu. Itu drivernya ojek juga. Cuma jaketnya dibalik. Gara-gara kemarin.”

Itu cerita Bapak ojek yang tadi pagi saya tumpangin. Dan benar saja, setelah diberitahu Bapak. Saya baru  menyadari banyak pengemudi motor dengan jaket hitam dengan motif serupa. Beberapa penumpang bahkan menggunakan helm biasa sehingga tak tampak mereka adalah pengguna ojek online.

Waktu huru hara di daerah pusat kemarin siang, si Bapak juga terima pesan di whatsapp yang mengajak para pengemudi untuk mendatangi lokasi kejadian dimana salah satu pengemudi dipukul.

“Saya nggak mau lah. Ngapain. Orang cuma mau cari uang. Jam 11an habis antar anak pulang sekolah, saya di rumah aja. Liat dari Whatsapp sama berita TV”. 

Soal jaket dibalik, kata Bapak, tidak ada instruksi serinci itu di pesan grup mereka. Para pengemudi cuma dihimbau untuk tidak mengenakan atribut jika terjadi situasi darurat.

***

Banyak opini, tulisan, meme, dan macam-macam yang beredar pasca perseturuan taksi kemarin sore. Pendapat saya pribadi, apa yang terjadi kemarin pasti bukan sepenuhnay diinisisasi oleh pengemudi taksi. Bisa jadi, setengahnya adalah orang bayaran yang diberi upah seragam atribut di perusahaan. Sepertiganya, pengemudi yang ketakutan karena diancam. Sisanya, pengemudi yang memang murni merasa kecewa dan menganggap keberadaan pihak lain adalah kendala utama mereka dalam menambah penghasilan harian.

Salah satunya pendapat yang lumayan mengetuk otak saya adalah pendapat bahwa gerakan kemarin dilakukan sebagai bagian dari ke”PR”an si perusahaan. Apalagi, setelah perusahaan memberikan promosi tumpangan gratis. Jujur saya masih nggak menemukan hubungan antara kompensasi ini dengan apa yang terjadi kemarin sih.

Pengemudi berdemo akibat keberadaan kompetitor, dengan “Kontribusi” perusahaan memberikan tumpangan gratis untuk masyarakat. Minta maaf karena kemarin bikin macet gitu?

Kalau saja ini betul adalah bentuk kegiatan kampanye komunikasi perusahaan (mudah-mudahan cuma gosip), saya nggak habis pikir saja. Sebegitu bisanya mengorbankan banyak pihak untuk mencapai apapun itu tujuannya?

Jika suatu hari saya diperintah untuk melakukan hal sama, dengan tujuan “memunculkan” nama perusahaan, wah, mending angkat kaki saja deh.

Dedication is about doing the best at your maximum limit. Sacrificing others’ life is never a part of it. 

5 thoughts on “Pagi Ini, Jakarta Kurang Hijau

  1. Sayang ya kejadian kemarin itu harus terjadi terus perusahaan taksinya seolah lempar bola panas ke sana-sini, ujung-ujungnya sok-sok memberi kompensasi :hehe. Soal atribut, bagi saya pribadi tidak begitu menjadi masalah kalau mereka tidak pakai jaket dan helm kebangsaan, yang penting aplikasinya masih bisa diakses dan ojeknya masih datang jika dipanggil :)).
    Semoga permasalahan ini cepat menemukan jalan tengah tanpa harus mengorbankan siapa-siapa, ya. Suka quote akhirnya :)).

    Like

Leave a comment